Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi <p> </p> <div style="border: 1px #499015 dotted; padding: 10px; background-color: #f8f9f8; text-align: left;"> <ol> <li>Journal Title: <a href="https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi">Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia</a></li> <li>Initials: JPFI</li> <li>Frequency: June &amp; December</li> <li>p-ISSN: <a href="https://issn.lipi.go.id/terbit/detail/1344675184">2302-187X</a></li> <li>e-ISSN: <a href="https://issn.lipi.go.id/terbit/detail/1547174218">2656-3614</a></li> <li>Status: Nasional Terakreditasi Sinta 5</li> <li>Editor in Chief: <a href="https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=57188652721">Ihsan Ikhtiarudin</a>, M.Si</li> <li>Publisher: Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau</li> </ol> </div> <p style="text-align: left;"><img style="margin-left: 8px; margin-right: 15px; box-shadow: 2px 2px 2px gray; float: left;" src="https://ejournal.stifar-riau.ac.id/public/site/images/0js/cover-keciljpfi.png" alt="" width="150" height="210" /></p> <p style="text-align: justify;"><strong>Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia</strong> adalah publikasi ilmiah berkala yang terbit dua kali dalam satu tahun (Juni dan Desember) dan menggunakan sistem peer-review dalam seleksi makalah. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia menerima naskah publikasi tentang hasil penelitian, survei dan telaah pustaka yang erat kaitanya dengan bidang kefarmasian dan kesehatan, seperti: Biologi Farmasi/Farmasi Bahan Alam/Kimia Bahan Alam, Farmakologi, Farmasi Klinik, Teknologi Farmasi, Kimia Farmasi, Kimia Medisinal, Sintesa Obat, dan bidang Ilmu lain yang berhubungan dengan kefarmasian dan kesehatan. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia telah terakreditasi<strong> Sinta 5</strong> (2020-2024) oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi,Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia No. 204/E/KPT/2022.</p> Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau en-US Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia 2302-187X PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM LARUTAN CUKA MAKAN YANG BEREDAR DI PEKANBARU DENGAN METODE ALKALIMETRI https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1875 <p>Asam asetat dalam larutan makanan yang dikenal sebagai cuka makan adalah salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan masyarakat sebagai tambahan dalam makanan. Larutan cuka makan yang beredar dipasaran umumnya merupakan produk cair yang diperoleh dengan mengencerkan asam asetat glasial (bentuk murni asam asetat) dengan air minum. Menurut SNI 01-3711-1995, kadar asam asetat yang terkandung dalam cuka makan adalah 4%- 12,5% (sebagai cuka meja) dan minimal 12,5% (sebagai cuka dapur). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar asam asetat pada beberapa produk cuka makan (Produk A, B, C, D dan E) yang dijual di dua pasar tradisional di Kota Pekanbaru dan mengelompokkannya sesuai jenis syarat mutu cuka makan menurut acuan SNI. Penetapan kadar asam asetat dilakukan dengan metode alkalimetri. Dari hasil penelitian didapatkan produk B dan C masuk kategori cuka meja (kadar asam asetat 6,16% dan 5,40%); produk D dan E masuk kategori cuka dapur (kadar asam asetat 22,78% dan 24,79%), sedangkan produk A tidak masuk dalam kategori cuka makan (kadar asam asetat 1,47%).</p> <p>Acetic acid in a food solution known as table vinegar is one of the industrial products that is widely needed by the public as a food additive. The food vinegar solution on the market is generally a liquid product obtained by diluting glacial acetic acid (the pure form of acetic acid) with drinking water. According to SNI 01-3711-1995, the acetic acid content contained in food vinegar is 4% - 12,5% (as table vinegar) and a minimum of 12,5% (as kitchen vinegar). This study aims to determine acetic acid levels in several food vinegar products (Products A, B, C, D and E) which are sold in two traditional markets in Pekanbaru City and classify them according to the type of food vinegar quality requirements according to the SNI reference. The determination of acetic acid levels was carried out by the alkalimetry method. From the research results, it was found that products B and C were in the category of table vinegar (acetic acid content of 6,16% and 5,40%); Products D and E are in the kitchen vinegar category (22,78% and 24,79% acetic acid), while product A is not in the table vinegar category (1,47% acetic acid).</p> Rahma Dona Tilar Eka Widia Ningrum Febri Hamzah Dwi Tri Wahyuni Copyright (c) 2024 Rahma Dona, Tilar Eka Widia Ningrum, Febri Hamzah, Dwi Tri Wahyuni https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 13 1 18 22 10.51887/jpfi.v13i1.1875 FORMULASI DAN UJI FISIK KRIM EKSTRAK HERBA MENIRAN (Pyllanthus niruri L.) DENGAN VARIASI ASAM STEARAT DAN TRIETANOLAMIN https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1854 <p>Radiasi dari sinar UV matahari dapat menyebabkan kerusakan pada sel kulit karena merupakan salah satu sumber radikal bebas. Antioksidan kimiawi berpotensi dapat menimbulkan efek samping, maka dari itu perlu alternatif lain seperti penggunaan bahan alam sebagai antioksidan. Ekstrak herba meniran (<em>Phyllantus niruri</em> L.) memiliki kandungan senyawa flavonoid sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Formulasi sediaaan ekstrak herba meniran perlu dilakukan untuk memaksimalkan pemanfaatan ekstrak herba meniran sebagai antioksidan. Salah satu bentuk sediaan topikal antioksidan adalah krim. Karakteristik krim dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Emulgator yang digunakan adalah kombinasi asam stearat dan trietanolamin. Tujuan penelitian ini ada 2 yaitu yang pertama untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam stearat dan trietanolamin dan yang kedua untuk menentukan formula terbaik dari kombinasi asam stearat dan trietanolamin. Metode dalam penelitian ini adalah eksperimental. Herba meniran dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70%. Sediaan krim dibuat dalam 3 formula dengan variasi asam stearat dan trietanolamin yaitu F1 (10%:2%), F2 (12%:3%), dan F3 (14%:4%). Sediaan krim yang dihasilkan dilakukan evaluasi krim meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya lekat, uji daya sebar, uji viskositas, uji hedonik, uji iritasi kulit, dan uji stabilitas fisik. Data yang diperoleh dianalisis statistik. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa variasi konsentrasi asam stearat dan trietanolamin berpengaruh pada nilai viskositas, pH, daya sebar, daya lekat. Formula terbaik krim ekstrak herba meniran yaitu F1 dengan konsentrasi asam stearat dan trietanolamin (10%:2%).</p> <p>UV radiation from the sun can cause damage to skin cells because it is one of the sources of free radicals. Chemical antioxidants have the potential to cause side effects, therefore other alternatives are needed such as the use of natural ingredients as antioxidants. <em>Phyllanthus niruri</em> L. herbal extract contains flavonoid compounds as antioxidants that can ward off free radicals. The formulation of meniran herbal extract preparations needs to be done to maximize the use of meniran herbal extract as an antioxidant. One form of topical antioxidant preparation is cream. The characteristics of the cream are influenced by the emulsifier used. The emulsifier used is a combination of stearic acid and triethanolamine. The objectives of this study are 2, namely the first to determine the effect of variations in the concentration of stearic acid and triethanolamine and the second to determine the best formula from the combination of stearic acid and triethanolamine. The method in this study is experimental. Meniran herb was extracted using 70% ethanol solvent. Cream preparations were made in 3 formulas with variations of stearic acid and triethanolamine, namely F1 (10%: 2%), F2 (12%: 3%), and F3 (14%: 4%). The resulting cream preparations were evaluated including organoleptic tests, homogeneity tests, pH tests, adhesion tests, spreadability tests, viscosity tests, hedonic tests, skin irritation tests, and physical stability tests. The data obtained were analyzed statistically. The results of the research data analysis showed that variations in the concentration of stearic acid and triethanolamine affected the viscosity, pH, spreadability, and adhesion values. The best formula for meniran herbal extract cream was F1 with a concentration of stearic acid and triethanolamine (10%: 2%).</p> Linda Witanti Nur Cholis Endriyatno Copyright (c) 2024 Linda Witanti, Nur Cholis Endriyatno https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 13 1 23 31 10.51887/jpfi.v13i1.1854 VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR METFORMIN DALAM PLASMA DARAH YANG DIBERIKAN BERSAMAAN DENGAN PEMBERIAN SARI BUAH PARE (Momordica charantia L.) SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1749 <p>Pada penelitian ini telah dilakukan validasi metode penetapan kadar metrofmin dalam plasma darah manusia yang diberikan bersamaan dengan sari buah pare (<em>Momordica charantia</em> L.) secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Sari buah pare juga memiliki senyawa mebalit sekunder yang dapat mempengaruhi analisis metformin di dalam darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode yang valid untuk penetapan kadar metformin terhadap pemberian sari buah pare dalam plasma manusia secara <em>in vitro</em> menggunakan KCKT dengan detektor UV menggunakan glibenklamid sebagai <em>internal standard</em>. Sistem KCKT menggunakan fase terbalik dengan kolom VP-ODS C-18, panjang kolom 5 µm, 4,6 x 150 mm. Fase gerak yang di gunakan dengan komposisi metanol:air (SDS 3 mM) pH 3 dengan <em>phosporic acid</em> (60:40) dengan kecepatan alir 1 mL/menit dan dideteksi pada panjang gelombang 226 nm. Berdasarkan hasil penelitian didapat nilai LOD sebesar 0,24 ppm dan nilai LOQ sebesar 0,8 ppm dari persamaan regresi y=0,0184x+0,0726 dengan koefisien korelasi (R<sup>2</sup>) 0,9979. Hasil uji akurasi tidak memenuhi persyaratan yaitu persen uji perolehan kembali tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari 120%, sedangkan hasil uji presisi telah memenuhi persyaratan dengan nilai persen koefisien variasi tidak lebih dari 20%.</p> <p>In this study, validation of method for determining metrofmin levels in human blood plasma given together with bitter melon juice (<em>Momordica charantia</em> L.) has been performed using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Bitter melon juice also has secondary metabolites which can affect the analysis of metformin in the blood. The aim of this research is to obtain a valid method for determining metformin levels when administering bitter melon juice in human plasma <em>in vitro</em> using HPLC with a UV detector using glibenclamide as an internal standard. The HPLC system uses reverse phase with a VP-ODS C-18 column, column length 5 µm, 4.6 x 150 mm. The mobile phase used was a composition of methanol: water (SDS 3 mM) pH 3 with phosphoric acid (60:40) with a flow speed of 1 mL/minute and detected at a wavelength of 226 nm. The research results obtained an LOD value of 0.24 ppm and a LOQ value of 0.8 ppm from the regression equation y=0.0184x+0.0726 with a correlation coefficient (R2) of 0.9979. The results of the accuracy test do not meet the requirements, namely the percent recovery test is not less than 80% and not more than 120%, while the precision test results meet the requirements with a percent coefficient of variation value of not more than 20%.</p> Armon Fernando Nurafika Kurniawan Putri Haiyul Fadhli Copyright (c) 2024 Armon Fernando, Nurafika Kurniawan Putri, Haiyul Fadhli https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 13 1 32 40 10.51887/jpfi.v13i1.1749 PENGARUH E-BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG FITOFARMAKA DI KECAMATAN TUAH MADANI PEKANBARU https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1788 <p>Fitofarmaka merupakan sediaan obat bahan alam yang bisa disejajarkan dengan obat kimia karena telah terbukti keamanan dan khasiatnya secara ilmiah menggunakan uji praklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia. Istilah fitofarmaka masih belum dikenal oleh masyarakat luas dimana masyarakat mengenal dan mengetahui fitofarmaka hanya 3%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kecamatan Tuah Madani terhadap 26 responden didapatkan hasil bahwa pengetahuan masyarakat tentang fitofarmaka masih dalam kategori rendah yaitu 48,35% responden. Peningkatan pengetahuan dapat diupayakan menggunakan media edukasi. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh pemberian media <em>e-booklet</em> terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang fitofarmaka. Penelitian ini merupakan penelitian <em>experimental </em>dengan rancangan <em>non randomized controlled group pretest-posttest design</em> dengan metode pengambilan sampel yaitu dengan metode <em>purposive sampling</em> pada 120 masyarakat di Kecamatan Tuah Madani Kota Pekanbaru, dengan kriteria berusia 17-55 tahun, dapat menggunakan <em>smartphone </em>atau <em>laptop</em>, belum pernah menggunakan fitofarmaka dan melihat media edukasi <em>e-booklet</em> minimal 1 kali. Berdasarkan analisis diperoleh hasil terdapat pengaruh pemberian media edukasi <em>e-booklet</em> terhadap tingkat pengetahuan masyarakat pada kelompok perlakuan saat <em>pretest </em>dan <em>posttest</em> dengan nilai p=0,000. Hasil ini menunjukkan dengan diberikannya media edukasi <em>e-booklet</em> dapat meningkatkan pengetahuan tentang fitofarmaka pada masyarakat Kecamatan Tuah Madani Kota Pekanbaru.</p> <p>Phytopharmaceuticals are natural medicinal preparations that can be compared to chemical medicines because their safety and efficacy have been scientifically proven using pre-clinical tests on animals and clinical trials on humans. The term phytopharmaca is still not well known by the wider community, where only 3% of people know and understand phytopharmaca. Based on a preliminary study conducted in Tuah Madani District on 26 respondents, the results showed that public knowledge about phytopharmaca is still in the low category, namely 48.35% of respondents. Increasing knowledge can be achieved using educational media. The aim of this research is to see the effect of providing e-booklet media on the level of public knowledge about phytopharmaca. This research is an experimental study with a non-randomized controlled group pretest-<em>posttest</em> design with a sampling method, namely purposive sampling method in 120 people in Tuah Madani District, Pekanbaru City, with the criteria being 17-55 years old, able to use a smartphone or laptop, never use phytopharmacies and view e-booklet educational media at least once. Based on the analysis, the results showed that there was an effect of providing e-booklet educational media on the level of community knowledge in the treatment group during the pretest and <em>posttest</em> with a value of p=0.000. These results show that providing e-booklet educational media can increase knowledge about phytopharmaceuticals in the community of Tuah Madani District, Pekanbaru City.</p> Ratna Sari Dewi Husnawati Lydia Tri Wulandari Copyright (c) 2024 Ratna Sari Dewi, Husnawati, Lydia Tri Wulandari https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 13 1 41 45 10.51887/jpfi.v13i1.1788 UJI IN SILICO TURUNAN KUERSETIN SEBAGAI PENURUN KOLESTEROL LDL DARI KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis) https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1851 <p>Kadar kolesterol dengan jumlah yang tinggi dapat mengakibatkan risiko penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, dan diabetes mellitus. Senyawa kuersetin yang berasal dari kulit jeruk manis memiliki potensi sebagai penurun kadar kolesterol. Penelitian ini bertujuan untuk mencari kandidat obat dari senyawa turunan kuersetin sebagai penurun kadar kolesterol. Penelitian ini dilakukan secara <em>in silico </em>meliputi penambatan molekul serta simulasi dinamika molekul. Hasil penelitian ligan yang memiliki interaksi stabil yaitu <em>Tamarixetin</em> dengan nilai ikatan total pada MM-GBSA -19,24 kkal/mol dibandingkan dengan senyawa pembanding atorvastatin sebesar 16,73 kkal/mol. Dapat disimpulkan ligan <em>Tamarixetin </em>diprediksi dapat digunakan sebagai obat penurun kadar kolesterol dan <em>Tamarixetin</em> memiliki nilai energi bebas ikatan total (∆G<sub>TOTAL</sub>) -19,24 kkal/mol yang lebih rendah dibandingkan dengan senyawa <em>Quercetin-3-O-α-D- arabinofuranosid</em> dan obat pembanding atorvastatin, sehingga <em>Tamarixetin </em>lebih baik sebagai kandidat obat penurun kadar kolesterol.</p> <p>High cholesterol levels can lead to non-communicable diseases such as heart disease, stroke, and diabetes mellitus. Quercetin compounds derived from sweet orange peel have potential as cholesterol-lowering agents. This study aims to find drug candidates from quercetin derivatives as cholesterol-lowering agents. The research was conducted in silico, including molecular docking and molecular dynamics simulations. The results showed that the ligand with stable interactions was Tamarixetin, with a total binding energy value of -19.24 kcal/mol compared to the comparator compound atorvastatin, which has a value of 16.73 kcal/mol. It can be concluded that Tamarixetin is predicted to be used as a cholesterol-lowering drug, and Tamarixetin has a lower total free binding energy (∆G<sub>TOTAL</sub>) of -19.24 kcal/mol compared to Quercetin-3-O-α-D-arabinofuranoside and the comparator drug atorvastatin, making Tamarixetin a better candidate for a cholesterol-lowering drug.</p> Ela Komalasari Susanti Richa Mardianingrum Copyright (c) 2024 Ela Komalasari, Susanti, Richa Mardianingrum https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 13 1 46 56 10.51887/jpfi.v13i1.1851 PENENTUAN KADAR TOTAL FENOLIK DAN FLAVONOID EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI DAUN TERAP (Artocarpus odoratissimus Blanco) https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1765 <p>Daun terap (<em>Artocarpus odoratissimus </em>Blanco) merupakan salah satu tumbuhan tradisional yang memiliki beberapa aktivitas farmakologi karena mengandung metabolit sekunder berupa fenolik dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar total fenolik dan flavonoid pada dalam ekstrak dan fraksi daun terap dengan metode kolorometri. Metode penelitian penentuan kadar total fenolik menggunakan metode Folin Ciocalteu menggunakan pembanding asam galat dan penentuan kadar flavonoid menggunakan metode pembentukan kompleks AlCl<sub>3 </sub>dengan pembanding kuersetin dengan pengukuran secara spektrofotometri VU-<em>Visible</em>. Hasil Penelitian diperoleh hasil kadar total fenolik pada ekstrak etanol sebesar 154 mgGAE/g, fraksi <em>n</em>-heksana sebesar 124 mgGAE/g, fraksi etil asetat sebesar 106 mgGAE/g dan fraksi air sebesar 40 mg GAE/g. Hasil kadar total flavonoid pada ekstrak etanol sebesar 25 mg QE/g, fraksi <em>n</em>-heksana sebesar 32 mgQE/g, fraksi etil asetat sebesar 55 mgQE/g dan fraksi air sebesar 28 mgQE/g. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar total fenolik lebih besar dibandingkan kadar flavonoid di ekstrak dan fraksi.</p> <p>Terap leaves<em> (Artocarpus odoratissimus</em> Blanco) is one of traditional plant have several pharmacological activities because of secondary metabolite as know phenol and flavonoids. This study aimed to determine the total content of phenol and flavonoids in extract and applied leaf fraction determined by colorimetric method. Research method for determining total phenol content using the Folin Ciocalteu method using gallic acid as standard and determining total flavonoids content using complex formation method with AlCl<sub>3</sub> using quersetin as standard by measurement with UV-Vis spectrophotometry. The results of the total content phenol and flavonoids showed that the ethanol extract of 154 mgGAE/g, <em>n</em>-hexane fraction of 124 mgGAE/g, ethyl acetate fraction of 106 mgGAE/g, water fraction of 40 mg GAE/g. Determination of total flavonoids using the AlCl<sub>3</sub> complex formation method, obtained results in the ethanol extract of 25 mg QE/g, <em>n</em>-hexane fraction of 32 mgQE/g, ethyl acetate fraction of 55 mgQE/g, water fraction of 28 mgQE/g. Based on results, it can be concluded that the total phenol content is higher than total flavonoids content.</p> Mustika Furi Meldayanti Melzi Octaviani Copyright (c) 2024 Mustika Furi, Meldayanti, Melzi Octaviani https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 13 1 57 64 10.51887/jpfi.v13i1.1765 ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT INAP BEDAH DI RSUD RAJA AHMAD TABIB https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1897 <p>Penyakit infeksi termasuk dalam sepuluh besar penyakit terbanyak di Indonesia. Tingginya mortalitas dan morbiditas akibat penyakit infeksi salah satunya disebabkan oleh ketidaktepatan penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak bijak dapat memicu timbulnya masalah resistensi. Hubungan resistensi antibiotik tidak dapat dipisahkan dengan ketepatan penggunaan antibiotik. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yang dilakukan secara retrospektif pada pasien rawat inap bedah di RSUD Raja Ahmad Tabib Provinsi Kepulauan Riau periode Januari – Agustus 2022, dengan tujuan untuk melihat gambaran dan memonitoring penggunaan antibiotik secara kuantitatif menggunakan metode ATC/DDD, menentukan antibiotik <em>Drug Utilization</em> (DU) 90% serta menentukan persentase total konsumsi antibiotik (DDD) berdasarkan kategori AWaRe (<em>access, </em> <em>watch</em>, <em>reserve</em>). Sampel diambil secara <em>total sampling</em>, dengan jumlah sampel 545 pasien pada rawat inap bedah yang selanjutnya dianalisis menggunakan metode ATC/DDD. Dari 545 pasien, 85,87% mendapatkan terapi antibiotik, dan 14,13% tidak mendapatkan terapi antibiotik. Hasil penilitian menunjukkan bahwa nilai DDD/100 hari rawat tertinggi yaitu Ceftriaxon sebanyak 37,04, diikuti Metronidazol 13,13 dan Cefazolin 7,75. Antibiotik yang termasuk segmen DU 90% yaitu Ceftriaxone, Metronidazol, Cefazolin, Levofloxacin, Meropenem, Ceftazidim, Ampicillin sulbaktam, Cefixim, Cefotaxim dan Isoniazid. Penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap bedah berdasarkan pengelompokan AWaRe dengan hasil kelompok <em>access </em>32,59%, <em>watch</em> 62,92%, <em>reserve </em>4,49%.</p> <p>Infectious diseases are included in the top ten most common diseases in Indonesia. One of the reasons for the high mortality and morbidity due to infectious diseases is the inappropriate use of antibiotics. Unwise use of antibiotics can trigger resistance problems. The relationship between antibiotic resistance cannot be separated from the appropriate use of antibiotics. This research is a descriptive analytical study conducted retrospectively on surgical inpatients at Raja Ahmad Tabib General Hospital, Riau Islands Province for the period January – August 2022, with the aim of reviewing and monitoring the use of antibiotics quantitatively using the ATC/DDD method, determining antibiotic Drug Utilization (DU) 90% and the percentage of total antibiotic consumption (DDD) based on the AWaRe category (access, watch, reserve). Samples were taken by total sampling, with a total sample of 545 patients in surgical inpatients who were then analyzed using the ATC/DDD method. Of the 545 patients, 85.87% received antibiotic therapy, and 14.13% did not receive antibiotic therapy. The results of the study showed that the highest DDD/100 patient days was Ceftriaxon 37.04, followed by Metronidazole 13.13 and Cefazolin 7.75. Antibiotics included in the 90% DU segment are Ceftriaxone, Metronidazole, Cefazolin, Levofloxacin, Meropenem, Ceftazidime, Ampicillin sulbactam, Cefixime, Cefotaxime and Isoniazid. The use of antibiotics in surgical inpatients is based on the AWaRe grouping with results for the access group 32.59%, watch 62.92%, reserve 4.49%.</p> Dina Mulyana Syafitri Yerlina Copyright (c) 2024 Dina Mulyana Syafitri, Yerlina https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 13 1 65 72 10.51887/jpfi.v13i1.1897 SUMBER POTENSIAL AGEN ANTIINFLAMASI TANAMAN INDONESIA DARI USADA TARU PREMANA DAN PERKEMBANGAN FORMULASINYA: TELAAH PUSTAKA https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1901 <p>Peradangan atau inflamasi merupakan salah satu respon tubuh terhadap kerusakan jaringan, kontak dengan zat asing, respon imun, maupun salah satu akibat dari trauma fisik. Inflamasi merupakan gejala umum yang sering terjadi pada beberapa penyakit. Penggunaan obat antiinflmasi steroid dan non-steroid merupakan alternatif yang umum digunakan, akan tetapi penggunaannya diketahui menimbulkan efek samping merugikan bagi tubuh. Hal ini mendorong banyak penelitian mengenai pengobatan alternatif lain dari tumbuhan obat. Salah satu contoh yang menarik dibahas yaitu tanaman tradisional khas Bali yang tertulis dalam Usada Taru Premana (naskah medis kuno yang ada di Bali). Pada artikel ini akan dibahas mengenai rangkuman beberapa tanaman khas Bali yang terbukti khasiatnya sebagai agen anti-inflamasi melalui pengujian <em>in vitro</em> dan <em>in vivo</em>. Penelitian ini menggunakan studi literatur yang mengumpulkan data dan informasi dari mesin pencarian seperti PubMed<em>, </em>Google Cendekia dengan kata kunci (herbal, ekstrak, tanaman obat, inflamasi, taru premana) atau dan basis data ilmiah. Hasil studi literatur menunjukkan bahwa beberapa tanaman yang tercantum di dalam Usada Taru Premana berpotensi untuk dikembangkan menjadi agen antiinflamasi sebagai alternatif penggunaan obat antiinflamasi sintetis.</p> <p>Inflammation is one of the body's responses to tissue damage, exposure to foreign substances, immune responses, or a result of physical trauma. It's a common symptom in several diseases. The use of anti-inflammatory drugs, both steroid and non-steroid, is a commonly employed alternative, but their usage is known to cause harmful side effects to the body. This has spurred many studies on alternative herbal treatments. An interesting example discussed is the distinctive traditional plants from Bali as documented in the Usada Taru Premana (an ancient medical manuscript found in Bali).. This article will cover a summary of several typical Balinese plants proven to have anti-inflammatory properties through in vitro and in vivo testing. This study utilizes a literature review collecting data and information from search engines like PubMed, Google Scholar, using keywords (herbal, extract, medicinal plants, inflammation, taru premana), and scientific databases. The results of the literature study indicate that several plants listed in Usada Taru Premana have the potential to be developed into anti-inflammatory agents as an alternative to the use of synthetic anti-inflammatory drugs.</p> Komang Dirga Mega Buana Rachmat Mauludin Copyright (c) 2024 Komang Dirga Mega Buana, Rachmat Mauludin https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 13 1 1 11 10.51887/jpfi.v13i1.1901 REVIEW ARTIKEL: KANDUNGAN KIMIA DAN AKTIVITAS FARMAKOLOGI AKAR KAYU BAJAKAH (Spatholobus littoralis H) https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1796 <p>Indonesia merupakan negara iklim tropis dengan sumber daya alam yang melimpah. Hasil sumber daya alam tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat. Masyarakat biasanya menggunakan tumbuhan sebagai obat tradisional. Salah satu obat tradisional berasal dari tumbuhan yang sedang populer adalah akar kayu bajakah. Akar kayu bajakah memiliki nama latin latin <em>Spatholobus littoralis</em> dari genus Uncaria dan berasal dari Kalimantan. Tanaman ini dilaporkan memiliki banyak kandungan metabolit sekunder dari pengujian fitokimia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kandungan senyawa pada akar kayu bajakah terbukti memiliki aktivitas farmakologi seperti antibakteri, antioksidan, antikanker, dan lain-lain. Oleh karena itu, diperlukan <em>review</em> yang membahas kandungan dan aktivitas farmakologi akar kayu bajakah secara ringkas dan sederhana berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilaporkan. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode <em>literature review</em> mengenai kandungan kimia dan aktivitas akar kayu bajakah. Hasil <em>review</em> menemukan bahwa akar kayu bajakah terbukti memiliki 7 kandungan senyawa kimia yaitu flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, antrakuinon, terpenoid, dan fenol yang menjadikan tanaman ini memberikan efek aktivitas farmakologi antibakteri, antioksidan, antikanker, antioksidan, antidemam, antijamur, antiinflamasi, antimalaria, dan antikolesterol.</p> <p>Indonesia is a tropical climate country with abundant natural resources. The results of these natural resources are very beneficial for the people. The community usually uses plants as traditional medicine. One traditional medicine derived from a popular plant is the bajakah root. The bajakah root has the Latin name Spatholobus littoralis from the Uncaria genus and originates from Kalimantan. This plant is reported to have many secondary metabolite contents from phytochemical testing. Various studies have shown that the compounds in bajakah root have proven pharmacological activities such as antibacterial, antioxidant, anticancer, and others. Therefore, research is needed to discuss the content and pharmacological activities of bajakah root in a concise and simple manner based on various reported studies. This research was conducted using a literature review method regarding the chemical content and activities of bajakah root. The review found that bajakah root has been proven to contain 7 compounds, namely flavonoids, alkaloids, tannins, saponins, anthraquinones, terpenoids, and phenols, which give the plant pharmacological activities such as antibacterial, antioxidant, anticancer, antipyretic, antifungal, anti-inflammatory, antimalarial, and anticholesterol effects.</p> Hanun Afifah Yoppi Iskandar Copyright (c) 2024 Hanun Afifah, Yoppi Iskandar https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 13 1 12 17 10.51887/jpfi.v13i1.1796