Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia
https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi
<p> </p> <div style="border: 1px #499015 dotted; padding: 10px; background-color: #f8f9f8; text-align: left;"> <ol> <li>Journal Title: <a href="https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi">Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia</a></li> <li>Initials: JPFI</li> <li>Frequency: June & December</li> <li>p-ISSN: <a href="https://issn.lipi.go.id/terbit/detail/1344675184">2302-187X</a></li> <li>e-ISSN: <a href="https://issn.lipi.go.id/terbit/detail/1547174218">2656-3614</a></li> <li>Status: Nasional Terakreditasi Sinta 5</li> <li>Editor in Chief: <a href="https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=57188652721">Ihsan Ikhtiarudin</a>, M.Si</li> <li>Publisher: Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau</li> </ol> </div> <p style="text-align: left;"><img style="margin-left: 8px; margin-right: 15px; box-shadow: 2px 2px 2px gray; float: left;" src="https://ejournal.stifar-riau.ac.id/public/site/images/0js/cover-keciljpfi.png" alt="" width="150" height="210" /></p> <p style="text-align: justify;"><strong>Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia</strong> adalah publikasi ilmiah berkala yang terbit dua kali dalam satu tahun (Juni dan Desember) dan menggunakan sistem peer-review dalam seleksi makalah. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia menerima naskah publikasi tentang hasil penelitian, survei dan telaah pustaka yang erat kaitanya dengan bidang kefarmasian dan kesehatan, seperti: Biologi Farmasi/Farmasi Bahan Alam/Kimia Bahan Alam, Farmakologi, Farmasi Klinik, Teknologi Farmasi, Kimia Farmasi, Kimia Medisinal, Sintesa Obat, dan bidang Ilmu lain yang berhubungan dengan kefarmasian dan kesehatan. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia telah terakreditasi<strong> Sinta 5</strong> (2020-2024) oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi,Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia No. 204/E/KPT/2022.</p>Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riauen-USJurnal Penelitian Farmasi Indonesia2302-187XREVIEW: AKTIVITAS ANTIHIPERLIPIDEMIA DARI TANAMAN YANG TERDAPAT DI ARBORETUM GARUT
https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1919
<p>Hiperlipidemia merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya kadar kolesterol total, trigliserida, <em>Low Density Lipoprotein</em> (LDL), <em>Very Low Density Lipoprotein</em> (VLDL), dan penurunan kadar <em>High Density Lipoprotein</em> (HDL). <em>Review</em> artikel ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji informasi ilmiah mengenai aktivitas antihiperlipidemia dari tanaman-tanaman yang terdapat di Arboretum Garut. Metode penulisan <em>review </em>artikel ini menggunakan studi literatur dengan mencari informasi baik secara <em>offline</em> maupun <em>online</em>. Pencarian literatur secara <em>offline</em> dilakukan dengan mencari data pada buku-buku seperti “Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang”, dan “Tanaman-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya”, dan “Materia Medika Indonesia”. Studi literatur secara <em>online</em> dilakukan untuk mencari data pada berbagai jurnal dengan bantuan mesin pencari berupa <em>Google Scholar</em>, <em>Elsevier</em>, <em>Pubmed</em>, dan NCBI. Hasil menunjukkan bahwa dari 84 tanaman yang terdapat di Arboretum Garut, 16 tanaman diantaranya digunakan secara empiris untuk menurunkan berat badan dan lemak. Sebanyak 11 tanaman telah diteliti aktivitas antihiperlipidemianya, tanaman tersebut adalah nanas (<em>Ananas comusus</em> Merr.), jeruk nipis (<em>Citrus aurantifolia</em> Swingle.), temu giring (<em>Curcuma heyneana</em> Vahl.), urang-aring (<em>Eclipta alba</em> Hassk.), manggis (<em>Garcinia mangostana</em> L.), jati Belanda (<em>Guazuma tomestosa</em> K.), mengkudu (<em>Morinda citrifolia</em> Linn.), kemuning (<em>Murraya paniculate</em> Jack.), kunyit putih (<em>Kaempferia angustifolia</em> Rosc.), daun ceremai (<em>Phyllanthus acidus</em> L.), dan delima putih (<em>Pucina granatum</em> Linn.). Efek antihiperlipidemia terbaik ditunjukkan oleh nanas, urang-aring, dan kunyit putih, karena dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL; menurunkan kadar kolesterol LDL, kolesterol total, dan trigliserida.</p> <p>Hyperlipidemia is a metabolic disorder characterized by increased levels of total cholesterol, triglycerides, Low Density Lipoprotein (LDL), Very Low Density Lipoprotein (VLDL), and decreased levels of High Density Lipoprotein (HDL). This review article aims to find out and review scientific information about the antihyperlipidemia activity of plants found in the Garut Arboretum. The method of writing this review article uses a literature study by searching for information both offline and online. Offline literature searches were conducted by looking for data in books such as "Cabe Puyang Heritage of the Ancestors", and "Plants in Indonesia and their Efficacy", and "Materia Medika Indonesia". Online literature studies were conducted to search for data in various journals with the help of search engines such as Google Scholar, Elsevier, Pubmed, and NCBI. The results show that of the 84 plants found in the Garut Arboretum, 16 of them are used empirically for weight and fat loss. A total of 11 plants have been studied for their antihyperlipidemic activity, the plants are pineapple (<em>Ananas comusus </em>Merr.), lime (<em>Citrus aurantifolia </em>Swingle.)<em>, </em>temu giring (<em>Curcuma heyneana </em>Vahl<em>.</em>)<em>, </em>urang-aring (<em>Eclipta alba </em>Hassk<em>.</em>)<em>, </em>mangosteen (<em>Garcinia mangostana </em>L<em>.</em>)<em>, </em>Dutch teak (<em>Guazuma tomestosa </em>K<em>.</em>)<em>, </em>noni (<em>Morinda citrifolia </em>Linn<em>.</em>)<em>, </em>kemuning (<em>Murraya paniculate </em>Jack<em>.</em>)<em>, </em>white turmeric (<em>Kaempferia angustifolia </em>Rosc<em>.</em>),<em> ceremai leaves </em>(<em>Phyllanthus acidus </em>L.)<em>, and white pomegranate </em>(<em>Pucina granatum </em>Linn.)<em>. </em>The best antihyperlipidemia effect was shown by pineapple, urang-aring, and white turmeric, as they could increase HDL cholesterol levels; decrease LDL cholesterol, total cholesterol, and triglyceride.</p>Atun QowiyyahIsye MartianiFrida Aulia Syam
Copyright (c) 2024 Atun Qowiyyah, Isye Martiani, Frida Aulia Syam
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-12-312024-12-31132737910.51887/jpfi.v13i2.1919OPTIMASI SEDIAAN MASKER PEEL-OFF EKSTRAK DAUN MANGGA GEDONG (Mangifera indica L.) MENGGUNAKAN SIMPLEX LATTICE DESIGN (SLD)
https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1898
<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi formulasi sediaan masker <em>peel-off</em> berbahan aktif ekstrak daun mangga gedong (<em>Mangifera indica </em>L.) menggunakan metode <em>Simplex Lattice Design</em> (SLD). Ekstrak daun mangga gedong dipilih karena kandungan senyawa aktifnya berupa flavonoid yang memiliki potensi sebagai antioksidan. Formula masker peel-off dibuat dengan memvariasikan konsentrasi bahan pembentuk gel, yaitu polivinil alkohol (PVA), hidroksipropil metilselulosa (HPMC), dan gliserin, sesuai dengan desain SLD. Sediaan masker peel-off diuji sifat fisik meliputi pH, daya sebar, waktu kering dan viskositas. Respon dari uji sifat fisik diolah hingga memperoleh formula optimum. Sediaan optimum di diuji sifat fisik dengan organoleptis, homogenitas dan stabilitas. Hasil uji sifat fisik sediaan optimum diverifikasi dengan metode <em>sample</em> <em>t-test</em> menggunakan aplikasi SPSS. Hasil optimasi formula diperoleh konsentrasi PVA 10% dan HPMC 2%. Sediaan optimum masker peel-off daun mangga gedong berwarna bening, bentuk kental dan aroma yang lemah, bahan tercampur homogen, nilai pH dengan rata-rata 4,56, nilai daya sebar dengan rata-rata 7 cm, nilai waktu kering dengan rata-rata 15 menit, viskositas dengan rata-rata 9767 cps. Stabilitas sediaan menunjukkan terdapat perubahan warna menjadi bening kekuningan akibat penyimpanan gel pada suhu 40<sup>0</sup>C. Sifat fisik sediaan masker peel-off tersebut memenuhi syarat sediaan gel. Sediaan optimum memiliki sifat fisik yang tidak berbeda signifikan dengan prediksi pada <em>software Design Expert</em> 13.</p> <p> </p> <p>This study aims to optimize the formulation of peel-off mask preparations with active ingredients of gedong mango leaf extract (<em>Mangifera indica</em> L.) using the Simplex Lattice Design (SLD) method. <em>Manigifera indica</em> L. leave extract are contains active compounds in the form of flavonoids which have potential as antioxidants. Optimization of the preparation was carried out using the filming agent PVA and gelling agent HPMC with the aim of determining the optimum formula and physical properties of the peel-off mask preparation. Eight pre-formulated peel-off mask preparations were determined using the SLD (Simplex Lattice Design) method with the Design Expert 13 software application. The peel-off mask preparations were tested for physical properties including pH, spreadability, dry time and viscosity. The response from the physical properties test is processed to obtain the optimum formula. The optimum preparation was tested for physical properties with organoleptic, homogeneity and stability. The result of the physical properties test of optimal formula were verified by using sample t-test method with SPSS software. The results of formula optimization obtained a PVA concentration of 10% and HPMC 2%. The optimum preparation for <em>Mangifera indica</em> L. leaf peel-off mask is clear in color, thick in shape and has a weak aroma, homogeneous mixed ingredients, pH value with an average of 4.56, spreadability value with an average of 7 cm , the value of dry time with an average of 15 minutes, viscosity with an average of 9767 cps and stability with cycling test that there was a change in color to clear yellowish due to storing the gel at hot temperatures. The physical properties of the peel-off mask preparation meet the requirements for a gel preparation. The physical properties of the optimum preparation were not significantly different from predictions in the Design Expert 13 software.</p>Fadzil LatifahAmelia Zannah
Copyright (c) 2024 Fadzil Latifah, Amelia Zannah
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-12-312024-12-31132808610.51887/jpfi.v13i2.1898KAJIAN ETNOFARMASI TUMBUHAN BERKHASIAT ANTIDIARE PADA SUKU JAWA DI DESA KALIBENING KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN WONOSOBO
https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1967
<p>Diare adalah keadaan tubuh mengalami gangguan buang air besar (BAB) lebih sering dari biasanya. Penyebabnya antara lain air minum yang tidak sehat, sanitasi buruk, lingkungan tidak bersih dan terjadi infeksi akibat bakteri. Pengobatan tradisional diare masih digunakan masyarakat pedesaan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tumbuhan yang sering dimanfaatkan, mengetahui cara peramuan dan cara penggunaan tumbuhan sebagai obat diare oleh masyarakat Desa Kalibening Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggabungkan dua metode, kualitatif dan kuantitatif. Menentukan sampel penelitian menggunakan metode <em>snowball sampling</em>. Analisis kualitatif untuk mengelompokkan tumbuhan berdasarkan nama tumbuhan, bagian dan jumlah tumbuhan yang digunakan, cara meramu dan cara menggunakan. Hasil analisis kualitatif kemudian dianalisis menggunakan analisis kuantitatif yaitu UV, FL dan ICF. Hasil penelitian diperoleh 12 tumbuhan sebagai obat tradisional diare yaitu jambu biji, kunyit, salak, nangka, ketumbel, pisang emas, kopi, kelapa muda, sawo, temulawak, mawar dan jahe. Nilai UV yang tertinggi dari 12 tumbuhan sebagai obat tradisional diare adalah jambu biji dengan nilai 1 dan yang kedua ada kunyit yang nilainya 0,89. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional diare yaitu rimpang, batang, daun, buah dan serbuk. Cara penggunaan digunakan secara langsung dan digunakan dengan cara diolah terlebih dahulu.</p> <p>Diarrhea is a condition in which the body experiences bowel movements more often than usual. The causes include unhealthy drinking water, poor sanitation, unclean environment and bacterial infections. Diarrhea traditional medicine is still used by rural communities. The purpose of this study was to find out the plants that are often used, to know how to mix and how to use plants as a medicine for diarrhea by the people of Kalibening Village, Sukoharjo District, Wonosobo Regency. This research is a descriptive research that combines two methods, qualitative and quantitative. Determine the research sample using the snowball sampling method. Qualitative analysis to classify plants based on plant name, part and amount of plant used, how to mix and how to use. The results of the qualitative analysis were then analyzed using quantitative analysis, namely UV, FL and ICF. The results of the study obtained 12 plants as traditional medicines for diarrhea, namely guava, turmeric, snakefruit, jackfruit, ketumbel, golden banana, coffee, young coconut, sapodilla, temulawak, roses and ginger. The highest UV value of the 12 plants as a traditional medicine for diarrhea is guava with a value of 1 and the second is turmeric with a value of 0,89. Parts of plants used as traditional medicines for diarrhea are rhizomes, stems, leaves, fruit and powder. How to use it is used directly and used by processing it first.</p>Chandra YuniantoTitik SunarniCarolina Eka Waty
Copyright (c) 2024 Chandra Yunianto, Titik Sunarni, Carolina Eka Waty
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-12-312024-12-31132879410.51887/jpfi.v13i2.1967EFEKTIFITAS NANOGEL EKSTRAK KULIT PISANG GOROHO (Musa acuminafe L.) TERHADAP LUKA BAKAR PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1976
<p>Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang paling sering dialami oleh masyarakat dan terus mengalami peningkatan sejak tahun 2018 berdasarkan hasil riset kesehatan dasar. Pengobatan luka bakar yang membutuhkan biaya yang relatif mahal menyebabkan penanganannya kurang efektif sehingga memperlama proses penyembuhan dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Secara etnomedikal, kulit pisang goroho (<em>Musa acuminafe</em> L.) digunakan oleh masyarakat Sulawesi Utara pada saat terkena luka. Hal ini membuat kulit pisang goroho berpotensi besar sebagai sumber dalam penanganan luka bakar. Dengan membuat sediaan nanogel juga merupakan bentuk inovasi sediaan yang efektif dalam pengobatan luka bakar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh serta berapakah konsentrasi terbaik sediaan nanogel ekstrak kulit pisang goroho terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus putih. Tiga sediaan nanogel diformulasikan dengan konsentrasi 3,75%, 7,5% dan 15% ekstrak kulit pisang goroho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan nanogel ekstrak kulit pisang goroho memiliki pengaruh yang signifikan dalam penyembuhan luka bakar pada tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan dan konsentrasi yang terbaik terdapat pada formulasi ke-3 yaitu 15% ekstrak kulit pisang goroho dengan total penyembuhan sebesar 87,74%.</p> <p>Burns are one of the types of injuries most frequently experienced by the public and have continued to increase since 2018 based on the results of basic health research. Treatment for burn wounds is relatively expensive, causing treatment to be less effective, thus prolonging the healing process and increasing the risk of infection. Ethnomedically, goroho banana (<em>Musa acuminafe</em> L.) peels are used by the people of North Sulawesi when they are injured. This makes goroho banana peels have great potential as a source for treating burns. By making nanogel preparations which are also an innovative form of preparation that is effective in treating burns. The aim of this research is to determine the effect and what is the best concentration of Goroho banana peel extract nanogel preparations on the healing of burn wounds in white rats. Three nanogel preparations were formulated with concentrations of 3.75%, 7.5% and 15% goroho banana peel extract. The results showed that the nanogel preparation of Goroho banana peel extract had a significant effect in healing burn wounds in male white rats (<em>Rattus norvegicus</em>) and the best concentration was found in the third formulation, namely 15% Goroho banana peel extract with a total healing of 87.74%.</p>Veronika Maria WullurVioletta Veiby DatuYuliana Kristin Ferzenia KolangChariza Juwita TakahindangenAugrillia Virlie KomalingMario Walean
Copyright (c) 2024 Veronika Maria Wullur, Violetta Veiby Datu, Yuliana Kristin Ferzenia Kolang, Chariza Juwita Takahindangen, Augrillia Virlie Komaling, Mario Walean
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-12-312024-12-311329510010.51887/jpfi.v13i2.1976ANALISIS KADAR Fe(III) AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN TERNATE SELATAN KOTA TERNATE
https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1960
<p>Perkembangan jumlah penduduk di Kota Ternate setiap tahun mengalami peningkatan. Sehingga kebutuhan air minum pada masyarakat meningkat. Oleh karena itu, masyarakat Kota Ternate banyak yang membuka usaha depot air minum isi ulang, khususnya di Kecamatan Ternate Selatan yang penduduknya hidup tidak menetap (kos-kosan). Depot air minum isi ulang bisa saja terkontaminasi dalam proses pengelolaan dan pengisian di tempat produksi yang kurang efektif dan kurang pengawasan. Salah satunya terkontaminasi adanya kadar Fe yang berlebihan di dalam air minum. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar Fe pada air minum isi ulang di Kecamatan Ternate Selatan Kota Ternate berdasarkan Permenkes No. 492 Tahun 2010.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Dari hasil penelitian analisis kadar 27 sampel air minum isi ulang yang berada di Kecamatan Ternate Selatan Kota Ternate yang telah diteliti diperoleh hasil berkisar antara 0,048 mg/L - 0,280 mg/L atau dapat dikatakan kadar Fe pada sampel air minum isi ulang memenuhi persyaratan berdasarkan Permenkes No. 492 Tahun 2010 kadar maksimum Fe pada air minum adalah < 0,3 mg/L. Hasil kadar Fe pada sumber air PDAM sebesar 0,184 mg/L, sumur bor sebesar 0,192 mg/L, dan sumur gali sebesar 0,320 mg/L. 27 air minum isi ulang yang diuji kadar Fe semuanya memenuhi syarat, diperoleh sampel A7 memiliki kadar Fe terendah yaitu 0,048 mg/L dan sampel A20 memiliki kadar Fe tertinggi yaitu 0,280 mg/L.</p> <p>Ternate City experiences annual population growth, resulting in increased demand for drinking water among its residents. Consequently, many Ternate City inhabitants have established refill drinking water depots, particularly in the transient Ternate Selatan District, known for its boarding houses. These depots are susceptible to contamination during processing and filling stages at inefficiently supervised production sites. One significant issue is the excessive presence of Fe in the drinking water. The purpose of this research to determine the Fe concentration in refill drinking water in the Ternate Selatan District, Ternate City, based on the Ministry of Health Regulation No. 492 of 2010. This research used a descriptive method, using UV-Vis spectrophotometry. The results from 27 samples of refill drinking water in the Ternate Selatan District, Ternate City, The analysis of Fe concentration in the 27 samples of refill drinking water showed results ranging from 0.048 mg/L to 0.280 mg/L, indicating that the Fe concentration in these samples met the requirements set by the Ministry of Health Regulation No. 492 of 2010, which states that the maximum Fe concentration in drinking water is < 0.3 mg/L. The Fe concentration in the water sources were as follows: PDAM water source at 0.184 mg/L, borewell water at 0.192 mg/L, and dug well water at 0.320 mg/L. 27 refill drinking water samples for Fe concentration, all met the required standards. The A7 sample had the lowest Fe concentration at 0.048 mg/L, while the A20 sample had the highest Fe concentration at 0.280 mg/L.</p>Sri Anggursi AmriAbulkhair AbdullahMuhammad Nasir
Copyright (c) 2024 Sri Anggursi Amri, Abulkhair Abdullah, Muhammad Nasir
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-12-312024-12-3113210110610.51887/jpfi.v13i2.1960